Parasit penyebab tikus jatuh cinta kepada kucing

Selasa, 18 Oktober 2011



Lazimnya tikus pasti akan takut pada kucing. Namun, karena parasit toxoplasma yang terkandung dalam air kecing kucing, maka tikus bukan hanya tidak takut terhadap kucing, tapi juga jatuh cinta!.

Hasil penemuan para ilmuwan di London ini sontak menggemparkan, karena hasil riset menyebutkan bahwa air kencing kucing yang biasanya berperan sebagai pencegah alami tikus agar menjaga jarak pada predator alami mereka itu, ternyata memberikan efek berbeda kepada tikus jantan yang terinfeksi toxoplasma dari kencing kucing.

Sebab tikus jantan yang terinfeksi bukan hanya mengalami kelumpuhan pada wilayah otak yang mengatur rasa takut, akan tetapi juga mengalami peningkatan aktivasi di wilayah otak yang mengatur ketertarikan seksual.

Penulis studi Robert Sapolsky yang merupakan profesor neurosains Standford University ini mengatakan, "Biasanya, toxoplasma hanya melumpuhkan fungsi takut otak. Namun pada tikus, parasit ini juga mempengaruhi jalur nafsu seksual. Hal ini jelas sangat aneh."

Toxoplasma membutuhkan sistem pencernaan kucing untuk reproduksi seks. Tak hanya dengan mengurangi rasa takut tikus pada bau kucing, tikus juga menjadi tertarik pada kucing.

Parahnya seperti dikutip Dailymail, hal ini membuat tikus menjadi mudah dibunuh kucing.

Peneliti Patrick House mengatakan, "Temuan ini mendukung gagasan, dalam tikus, toxoplasma mengubah arti penting deteksi kucing."

Para ilmuwan yakin, temuan ini membantu menjelaskan dasar biologis bawaan rasa takut dan ketertarikan seksual.

Namun hasil studi ini tak merinci cara toxoplasma mengubah otak, hanya bukti perubahannya saja. Hasil studi ini diterbitkan dalam jurnal PloS One.

Bagaimana Penularan Toxoplasma ?



Toxoplasma dapat ditularkan melalui tiga cara :

1. Kontak langsung dengan feses kucing yang telah terinfeksi

Menurut sebuah penelitian, feses(tinja) seekor kucing mengandung tidak kurang dari 10 juta ookista setelah 2 minggu terinfeksi. Bentuk ookista biasanya terjadi 2-5 hari setelah parasit dikeluarkan bersamaan dengan feses(tinja) kucing. Sejauh ini tidak ada metode yang dapat digunakan untuk mencegah binatang peliharaan, khususnya kucing, untuk terinfeksi dan atau menjadi perantara penularan parasit toxoplasma.

2. Memakan daging mentah atau setengah matang

Ratusan jenis hewan mamalia dan burung dapat terinfeksi oleh toxoplasma dengan cara yang hampir sama dengan infeksi yang terjadi pada manusia, yaitu dengan kontak langsung melalui bahan makanan dan air yang telah terkontaminasi oleh parasit toxoplasma. Akibatnya, manusia dapat pula terinfeksi setelah mengkonsumsi jenis hewan yang telah terinfeksi. Pada negara-negara industri, transmisi pada manusia umumnya berkaitan dengan kebiasaan memakan daging setengah matang, terutama daging babi dan domba (pada beberapa daerah di dunia diperkirakan 10% daging domba dan 25% daging babi mengandung bentuk kista toxoplasma). Parasit ini juga dapat terkandung dalam produk susu yang tidak melalui proses pasteurisasi, misalnya susu kambing. Lalat maupun kecoa yang telah melakukan kontak langsung dengan feses kucing juga berpotensi menjadi sumber infeksi.

3. Infeksi kongenital melalui plasenta ibu hamil kepada janinnya.

Parasit toxoplasma tidak dapat menular antar manusia, kecuali dari ibu pada janinnya selama atau sebelum kehamilan berlangsung. Gilbert tahun 2001 memperkirakan bahwa wanita hamil yang menderita toksoplasmosis 25% akan menularkan ke janinnya.

Yang Paling Beresiko Menderita Toxoplasma

Meskipun insiden toxoplasma belum mengalami perubahan yang cukup signifikan dalam beberapa tahun terakhir, kewaspadaan dan perhatian terhadap penyakit ini telah meningkat drastis. Diperkirakan sekitar 30 - 50% populasi dunia telah terinfeksi oleh toxoplasma, dan lebih dari 3000 infeksi toxoplasma terjadi pada kehamilan di Amerika Serikat, sebagian besar tanpa gejala. Penelitian yang dilakukan Gandhahusada tahun 1995 menunjukkan bahwa angka prevalensi toxoplasmosis pada manusia berkisar antara 2-63%, 35-73% pada kucing, 75% pada anjing, 11-61 % pada kambing, 11-36% pada babi, dan kurang dari 10% pada sapi/kerbau (Chandra, 2001).

Kebanyakan infeksi pada manusia dewasa terjadi tanpa gejala, atau hanya menunjukkan gejala ringan seperti peningkatan suhu tubuh dan pembesaran kelenjar limpa. Berdasarkan dampak yang dapat diakibatkan oleh penyakit ini, infeksi kongenital merupakan hal yang patut dicermati. Sekitar 45% penularan toxoplasma terjadi melalui infeksi kongenital. Dari jumlah ini, 60% diantaranya merupakan infeksi sub-klinis, 9% mengakibatkan kematian janin dan 30% menimbulkan dampak yang cukup berat (hydrocephalus, retinochoroiditis, dan retardasi mental).

Dampak infeksi sangat jarang terlihat bila ibu mengalami infeksi pada tri semester terakhir kehamilannya, namun resiko yang lebih buruk terjadi pada infeksi yang berlangsung pada tri semester pertama kehamilan, antara lain kematian janin dan malformasi bayi. Gejala yang lebih jelas terlihat setelah kelahiran, dapat pula muncul beberapa minggu, beberapa bulan bahkan beberapa tahun setelah kelahiran (beberapa gejala klinis bisa jadi baru nampak pada masa pubertas sebagai akibat dari infeksi kongenital). Abnormalitas sistem saraf (retardasi mental) dan penglihatan (kebutaan), hydrocephalus, gangguan pendengaran, demam, jaundice, dengan berbagai komplikasinya, merupakan manifestasi klinis yang biasa dialami oleh pasien toxoplasma. Gejala dan tanda-tanda lain yang mungkin terjadi adalah pembesaran maupun pengecilan kepala, ruam, memar dan pendarahan bawah kulit, anemia serta pembesaran liver dan limpa.

Individu dengan sistem immune yang lemah (pada penderita AIDS, kanker atau pasien transplantasi organ) merupakan golongan yang mempunyai beresiko tinggi menderita infeksi toxoplasma. Parasit dormant yang semula inaktif dapat pecah dan secara tiba-tiba mengganas.

Mencegah Toxoplasma

Ada beberapa langkah yang dapat dilakukan untuk menghindari jangkitan penyakit ini, antara lain dengan melakukan langkah-langkah pencegahan berikut ini :

1. Menghindari makan makanan mentah atau setengah matang, terutama daging babi, sapi dan kambing. Pemanasan yang ideal untuk bahan makanan ini adalah 70oC (158oF) selama 15-30 menit. Selain dengan pemanasan, perlakuan lain tidak akan menghilangkan kista toxoplasma.

2. Hindarilah kontak langsung dengan tanah yang merupakan sarana yang paling potensial mengandung ookista, khususnya bila di sekitar kediaman Anda terdapat kucing. Daya tahan ookista cukup lama pada tanah yang lembab dan terhindar dari sinar matahari langsung. Bila Anda tidak dapat menghindari kontak dengan tanah, gunakanlah sarung tangan dan cucilah tangan Anda setelah kontak dengan sabun dan air.

3. Biasakanlah mencuci sayuran dan buah-buahan sebelum dikonsumsi.

4. Pola hidup higienis akan lebih menjamin kesehatan. Bagi Anda yang biasa makan dengan menggunakan tangan, cucilah tangan Anda dengan sabun sebelum makan.

5. Mencuci pisau dan perkakas rumah tangga dapur lain setelah digunakan untuk memotong atau menampung daging mentah, sayuran atau buah-buahan yang belum dicuci dengan sabun dan air panas, untuk menghindari kontaminasi silang antara benda atau bahan mentah dengan bahan makanan yang telah matang.

6. Untuk wanita hamil, usahakan untuk menghindari kontak dengan kucing, apalagi membuang kotorannya. Pemeriksaan darah saat merencanakan kehamilan sangat penting, dan idealnya diulang pada tri semester pertama dan terakhir kehamilan. Pemeriksaan darah seperti ini dapat dilakukan di banyak laboratorium kesehatan di negara kita, sayangnya biayanya cukup mahal.

Bagi Anda penggemar kucing, tips berikut dapat dilakukan untuk meminimalisasi penyebaran parasit toxoplasma :

1. Menyediakan tempat khusus untuk buang air kucing kesayangan Anda.
Anda bisa membeli tempat khusus yang telah diberi cat litter (pasir berbahan zeolit yang dapat Anda beli di toko hewan atau swalayan) atau Anda bisa menggunakan pasir. Latihlah kucing Anda untuk selalu membuang kotoran pada tempat khusus, untuk memudahkan Anda melakukan kontrol terhadap perilaku membuang fesesnya. Buanglah feses kucing setiap hari untuk mencegah ookista bersporulasi menjadi bentuk infektif.

2. Desinfeksi
Lakukan desinfeksi setiap hari dengan air mendidih atau sterilisasi 55 0C pada kandang atau tempat kucing Anda membuang kotoran. Desinfeksi selain dengan kedua cara ini (dengan menggunakan bahan kimia) tidak akan memusnahkan ookista.

3. Kontrol makanan
Hindari memberikan daging mentah pada peliharaan Anda. Usahakan agar kucing Anda tetap berada di rumah agar tidak memangsa rodent atau burung yang mungkin mengandung kista toxoplasma dalam tubuhnya. Berikan makanan yang cukup agar kucing Anda tidak kelaparan lalu memicunya untuk mencari mangsa di luar rumah, hal ini akan mempersulit Anda untuk melakukan kontrol terhadap makanan binatang kesayangan Anda.

Perkembangan lain, selain ada toxo yang berkembang pada organ tubuh kucing. Bulu halus kucing juga dapat menyebabkan gangguan nafas. Terutama pada paru-paru, yang umum disebut nafas mengi (dalam bhs jawa). Nafas ini terjadi bila penggemar kucing sering menciuminya, sehingga sedikitnya 2-3 bulu halus akan ikut terhirup hidung. Sehingga saat bernafas, hidung terasa sedikit gatal dan berbunyi. Biasanya banyak diderita anak-anak dan wanita dewasa yang gemar kucing.
Sumber